Apakah Japanese Acupunture aman?
Sedang ramai di pembicaraan kasus kematian seorang pasien setelah menjalani terapi Chiropractic adjustment (manipulasi) dari tulang belakang cervical. Sampai saat ini terdapat dugaan malpraktek. Lalu bagaimana dengan Japanese Acupuncture?
Apakah Japanese Acupuncture aman?
Sebagai seorang Dokter Medis dan Akupunturis yang mempraktekkan Japanese Acupuncture, saya dapat mengatakan bahwa terapi Japanese Acupuncture relatif sangat aman apabila dilakukan oleh Akupunturis yang sudah mengikuti pelatihan dan pendidikan yang mumpuni.
Mengapa saya katakan Japanese Acupuncture itu sangat aman?
Berikut beberapa alasannya:
1. Prinsip "Less is More"
Dalam Japanese Acupuncture, "Less is More". Hal ini berkaitan dengan gaya terapi yang digunakan. "Less is More" di sini tercermin dari dosis yang digunakan, dimana dosis terapi sesedikit mungkin namun justru mendapatkan hasil yang luar biasa. Biasanya titik akupuntur yang dikerjakan pada Japanese Acupuncture tidak sebanyak pada TCM acupuncture. Di sinilah letak kejelian dan kepekaan sang Akupunturis dalam merumuskan sesedikit mungkin titik akupuntur yang dikerjakan, namun menimbulkan hasil yang luar biasa besar. Prinsip "Less is More" ini akan membuat terapi akupuntur yang dikerjakan tetap berada di dalam koridor yang aman dan tidak terlalu banyak memanipulasi tubuh pasien.
2. Painless and Shallow needling
Japanese Acupunture menggunakan jarum yang sangat tipis, dan dimasukan dengan seni tangan yang sangat lembut dengan menggunakan guide tube. Kedalaman penusukan pun sangat dangkal. Seringkali jarum hanya dimasukkan sedalam 1-3 mm. Seni memasukkan jarum yang seperti ini akan membuat pasien hampir sama sekali tidak merasa sakit saat jarum dimasukan, dan kemungkinan jarum untuk mencederai organ dalam juga sangatlah minimal.
3. Prinsip Gerakan "Sotai"
Berbeda filosofi dengan sistem manipulasi struktur tubuh yang lain seperti: Fisioterapi atau Chiropractic, dll, di dalam Japanese Acupuncture kita mengenal Sotai, yaitu sistem manipulasi organ tubuh dengan gerakan-gerakan tertentu untuk memulihkan dan memelihara kesehatan. Gerakan Sotai diciptakan oleh Dr. Keizo Hashimoto untuk perbaikan struktur tubuh yang tidak seimbang. Mengapa Sotai aman? karena prinsip gerakan Sotai adalah: "Untuk terbebas dari rasa nyeri, kita perlu bergerak menjauh dari nyeri menuju rasa nyaman." Jadi justru manipulasi gerakan yang dilakukan adalah menghindari gerakan yang melelahkan atau menyakitkan dan memaksa. Dengan prinsip terapi seperti ini, most likely tidak akan melukai struktur organ yang bersangkutan.
Selain 3 alasan di atas, ada satu alasan tambahan yang saya kemukaan berdasarkan praktek Japanese Acupuncture saya:
4. One patient at a time
Dalam praktek Japanese Acupuncture yang saya lakukan, saya menggunakan protokol Yin-Yang Balancing dari Dr. Yoshio Manaka. Dikenal juga dengan metode Manaka Acupuncture. Metode yang saya pakai ini terbagi menjadi 4 step yang perlu dilakukan secara berurutan di klinik, dan seringkali pada pengerjaannya, pasien tidak bisa ditinggal sendiri, terutama pada saat step 1 (menggunakan IPC cable) dan Step 2 (teknik jarum hangat - Kyutoshin). Karena beberapa alasan teknis seperti ini, akhirnya saya memutuskan hanya melayani satu pasien dalam 45-60 menit slot terapi. Dengan begini, saya bisa memusatkan seluruh perhatian dan kesadaran saya terhadap satu pasien saja, dan tidak terbagi dengan pasien yang lain. Menurut saya, hal ini akan meminimalisir kekeliruan dan kesalahan terapi akibat tidak fokus-nya sang Akupunturis.
Meskipun aman, namun Japanese acupuncture tetap mempunyai risiko efek samping yang dapat normal terjadi, seperti rasa lelah atau ngantuk, atau lemas setelah akupuntur, biasanya akan berakhir dalam 24 jam setelah selesai terapi. Bisa jadi hal ini dapat merupakan healing crisis. Namun apabila kelelahan ini bertahan setelah 24 jam post terapi, maka mungkin terdapat over treatment. Efek samping lain yang dapat terjadi apabila dikerjakan tenaga akupunturis yang kurang terlatih dan kurang berpengalaman, yaitu: infeksi di lokasi penusukan jarum dan luka bakar akibat moksa. Dalam praktek-nya, hal tersebut sangat jarang terjadi.
Untuk info lebih lanjut, dan pendaftaran terapi Japanese Acupuncture di Jakarta bersama Dr. Yudhi Gejali, klik di sini.
Comments